Skip to main content

4 Macam Idiom dalam Bahasa Arab dan Indonesia Menurt Kridalaksana dan Abul Chaer

Sumber: http://www.differencebetween.net

Idiom adalah salah satu jenis ungkapan yang terdapat dalam semua bahasa tetapi yang sangat khas untuk setiap bahasa. Dalam bahasa arab idiom bisa digunakan dengan kata تعبير اصطلاحى [1]atau عبارة اصطلاحية[2] yaitu عبارة ذات معنى لا يمكن أن يستمد من مجرد فهم معاني كلماتها منقصلة “ idiom adalah ungkapan yang mempunyai makna yang mana tidak mungkin difahami secara kata-pertkata”.
Adapun menurut Beekmaan dan Callow menjelaskan idiom yaitu ungkapan untuk dua kata atau lebih yang tidak dapat dimengerti secara harfiah dan secara semantis berfungsi sebagai satu kesatuan.[3] Secara garis besar idiom adalah kumpulan dua kata atau lebih yang menjadi satu kesatuan atau ungkapan yang tidak bisa difahami secara harfiyah karena mempunyai makna yang berbeda dari kata-kata yang membentuknya, sehingga harus difahami secara konteks dan diterjemahkan dengan mencarikan padanannya dalam bahasa sasaran. Idiom dalam bahasa Arab bisa berupa gabungan kata dengan preposisi, gabungan kata dengan kata, dan peribahasa atau ungkapan.

macam-macam idiom berdasarkan konstruksi yang membentuknya menurut Kridalaksana adalah[4]:
1.      Gabungan kata dengan preposisi
Konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih masing-masing anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama yang lain. Pengertian ini mengacu pada gabungan kata dengan preposisi seperti kata: أَخَذَ  yang bermakna mengambil, ketika kata ini bergabung dengan preposisi بـ  yang bermakna dengan, akan menjadi أَخَذَبـِ  bukan bermakna “mengambil dengan” tetapi bermakna “melakukan”. Di sini harus dilihat bahwa tidak bisa langsung diterjemahkan satu persatu kemudian makna kata tersebut digabungkan, tetapi gabungan kata dengan preposisi tersebut menjadi satu kesatuan yang bermakna lain dari makna kata jika berdiri sendiri, karena ketika digabungkan akan mempunyai makna yang baru.
2.      Gabungan kata dengan kata kontruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya. Pengertian ini mengacu pada gabungan kata dengan kata lain seperti kata ثَقِيْلٌ  yang bermakna “berat” ketika bergabung dengan الدم  yang bermakna “darah” lalu menjadi ثَقِيْلُ الدَّم, bukan berarti bermakna “berat darahnya” tetapi bermakna “tidak disukai orangnya”.[5]
3.      Peribahasa
Ungkapan yang bisa diterjemahkan dengan penerjemahan para frase atau pengungkapan bebas mutlak dapat juga digunakan ungkapan bahasa sasaran yang selaras.[6] Seperti menterjemahkan peribahasa metafora, bahasa adat atau yang lainnya. Dengan demikian penerjemahan peribahasa atau ungkapan tak perlu diterjemahkan secara harfiah, karena mungkin ungkapan tersebut tidak lazim pada bahasa sasaran, tetapi bisa dicarikan padanannya dalam bahasa sasaran atau cukup maksudnya saja. Misalnya: العَيْن بَصِيرَة واليَد قَصِيرَة  terjemahan harfiah: “Mata melihat sedangkan tangan pendek”. Dapat disepadankan dengan “maksud hati memeluk gunung apa daya tangan tak sampai. Penerjemahan ungkapan ini harus juga diselaraskan dengan ungkapan yang lazim digunakan dalam bahasa sasaran. Contoh lain:  لاَتُصَعِّر خَدّكَ لِلنَّاس  terjemahan harfiah: “Janganlah kamu palingkan pipimu dari manusia”. Ungkapan “memalingkan pipi” dalam bahasa Indonesia tidak lazim, maka ungkapan yang biasa dipakai adalah “memalingkan muka”.
Sedangkan menurut A Chaer, idiom dalam bahasa Indonesia terbagi atas:[7]
1.      Idiom penuh, merupakan  idiom yang semua unsur-unsurnya sudah membaur menjadi satu kesatuan, sehingga maknanya  terkandung dari kesatuan tersebut, contoh, panjang tangan yang memiliki arti orang yang suka mencuri,
2.      Idiom sebagian, dalam idiom ini salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikal. Contoh, buku hitam yang memiliki arti buku catatan mengenai orang telah melakukan tindak kriminal, dari idom ini kata buku masih memiliki makna leksikalnnya.
3.      Idiom yang maknanya tidak bisa diramalkan (Peribahasa), dalam menyelami makna idiom ini, tidak bisa dilakukan secara leksikal maupu gramatikal. Contoh, bektok tikoro di dalam bahasa Sunda yang berarti susah dalam rezeki, makna dari peribahasa tersebut bisa diketahui dengan melakukan asosiasi. Makna peribahasa ini memiliki asosiasi bahwa tenggorokan yang membengkok tentu sulit untuk melakukan kegiatan makan dan minum meskipun banyak serta sulit menikmatinya. 


[1] Ahmad Zuhdi Muhdlor,  Kamus Al-Ashr, (Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum, 1996), hal.55
[2] Munir Ba'albaki, AL-Mawrid, ( Bairut: Dar El-Ilm Lil-Malayin, 2002), hal.105
[3] Mildred L Larson, Penerjemahan Berdasarkan Makna, (Jakarta: Arcan, 1989), hal.120
[4] Baalbaki R,  Al-Mawarid Qomus Arabic-English, (Dar El-IlmiL: Berut, 1995), hal.107
[5] Zaenudin M dan Nurbayan Y, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung: Refika Aditama, 2007), hal.56-63
[6] Mildred L Larson, Op.Cit, (Jakarta: Arcan, 1989), hal.121
[7] A Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal.296

PERHATIAN:Jika anda ingin bertanya atau bantuan bisa kontak kami
contact atau 089677337414 - Terima kasih.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui
Buka Komentar
Tutup Komentar
Close Disqus