Skip to main content

Sejarah Singkat dan Tujuan Berdirinya Muhammadiyah

Sejarah Singkat dan Tujuan Berdirinya Muhammadiyah

www.azid45.web.id - Sejarah Singkat dan Tujuan Berdirinya Muhammadiyah. Embrio kelahiran Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi untuk mengaktualisasikan gagasan-gagasannya merupakan hasil interaksi Kiai Dahlan dengan kawan-kawan dari Boedi Utomo yang tertarik dengan masalah agama yang diajarkan Kiai Dahlan, yakni R.Budihardjo dan R.Sosrosugondo. gagasan itu juga merupakan saran dari salah seorang siswa Kiai Dahlan di Kweekscholl Jetis di mana Kiai mengajar agama pada sekolah tersebut secara ekstrakulikuler, yang sering datang ke rumah Kiai dan menyarankan agar kegiatan pendidikan dirintis Kiai Dahlan tidak diurus oleh Kiai sendiri tetapi oleh suatu organisasi agar terdapat kesinambungan setelah Kiai wafat. Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM kelahiran Kauman, nama "Muhammadiyah" pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kiai Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Katib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kiai Dahlan setelah melalui shalat istikharah (Darban, 2000: 34). Artinya, pilihan untuk mendirikan Muhammadiyah memiliki dimensi spiritualitas yang tinggi sebagaimana tradisi Kiai atau dunia pesantren.

Gagasan untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah tersebut selain untuk mengaktualisasikan pikiran-pikiran pembaruan Kiai Dahlan, menurut Adaby Darban (2000:13) secara praktis-organisatoris untuk mewadahi dan mamayungi sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah, yang didirikan pada 1 Desember 1911. Sekolah tersebut merupakan rintisan lanjuta dari "sekolah" (kegiata Kiai Dahlan dalam menjelaskan agama Islam) yang dikembangkan Kiai Dahlan secara informal dalam memberikan pelajaran yang mengandung ilmu agama Islam dan pengetahuan umu di beranda rumahnya. Dalam tulisan Djarnawi Hadikusuma yang didirikan pada tahun 1911 di kampong Kauman Yogyakarta tersebut, merupakan "Sekolah Muhammadiyah", yakni sebuah sekolah agama, yang tidak diselenggarakan di surau seperti pada umumnya kegiatan umat Islam waktu itu, tetapi bertempat di dalam sebuah gedung milik ayah Kiai Dahlan, dengan menggunakan meja dan papan tulis, yang mengajarkan agama dengan cara baru, juga diajarkan ilmu-ilmu umum.

Maka pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi yang bernama "MUHAMMADIYAH". Organisasi baru ini diajukan pengesahannya pada tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim "Statuten Muhammadiyah" (Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912), yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914. Dalam "Statuten Muhammadiyah" yang pertama itu, tanggal resmi yang diajukan ialah Miladiyah yaitu 18 November 1912, tidak mencantumkan tanggal Hijriyah. Dalam artikel 1 dinyatakan, "Perhimpunan itu ditentukan buat 29 tahun lamanya, mulai 18 November 1912. Namanya "Muhammadiyah" dan tempatnya di Yogyakarta". Sedangkan maksudnya (artikel 2), ialah: a. menyebarkan pengajaran Agama Kanjeng Nabi Muhammad Shallahu 'Alaihi Wassalam kepada penduduk Bumiputra di dalam residensi Yogyakarta, dan b. memajukan hal Agama kepada anggoa-anggotanya".[1]

Pada masa kepemimpinan Ahmad Dahlan (1912-1923), pengaruh Muhammadiyah terbatas di keresidenan-keresidenan seperti: Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekanjangan, daerah Pekalongan sekarang. Selain Yogyakarta, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Ada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatera Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam. Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatera Barat, dan dari daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Pada tahun 1918, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia.[2]

Terdapat hal menarik, bahwa kata "memajukan" (dan sejak tahun 1914 ditambah dengan kata "menggembirakan") dalam pasal maksud dan tujuan Muhammadiyah merupakan kata-kunci yang selalu dicantumkan dalam "Statuten Muhammadiyah" pada periode Kiai Dahlan hingga tahun 1946 (yakni: Statuten Muhammadiyah tahun 1912, tahun 1914, tahun 1921, tahun 1931, dan tahun 1941). Sebutlah Statuten tahun 1914: maksud persyarikatan ini yaitu: pertama, Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran Agama di Hindia Nederland. kedua, Memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang kemauan agama Islam kepada lid-lidnya.

Dalam pandangan Djarnawi Hadikusuma, kata-kata sederhana tersebut mengandung arti sangat dalam dan luas. Yaitu, ketika umat Islam sedang dalam kelemahan dan kemunduran akibat tidak mengerti kepada ajaran Islam yang sesungguhnya, maka Muhammadiyah mengungkapkan dan mengetengahkan ajaran Islam yang murni itu serta menganjurkan kepada umta Islam pada umumnya untuk mempelajarinya, dan kepada para ulama untuk mengajarkannya, dalam suasana yang maju dan menggembirakan.

Pada AD tahun 1946 itulah pencantuman tanggal Hijriyah (8 Dzulhijjah 1330) mulai diperkenalkan. Perubahan penting juga terdapat pada AD Muhammadiyah tahun 1959, yakni dengan untuk pertama kalinya Muhammadiyah mencantumkan "Asas Islam" dalam pasal 2 Bab II, dengan kalimat, "Persyarikatan berasaskan Islam". Ika didaftar, maka hingga tahun 2005 setelah Muktamar ke-45 di Malang, telah tersusun 15 kali Statuten/ Anggaran Dasar Muhammadiyah, yakni berturut-turut tahun 1912, 1914, 1921, 1934, 1943, 1946, 1950 (dua kali pengesahan), 1959, 1966, 1968, 1985, 2000, dan 2005. Asas Islam pernah dihilangkan dan formulasi tujuan Muhammadiyah juga mengalami perubahan pada tahun 1985 karena paksaan dari Orde Baru dengan keluarnya UU Keormasan tahun 1985. Asas Islam diganti dengan asas Pancasila, dan tujuan Muhammadiyah berubah menjadi "Maksud dan tujuan Persyarikatan ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah Subhanahu Wata'ala. Asas islam dan tujuan dikembalikan lagi ke "masyarakat Islam yang sebenar-benarnya" dalam AD Muhammadiyah hasil Muktamar ke-44 tahun 2000 di Jakarta.

[1] Sumber dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PP Muhammadiyah)
[2] Ahmad Syafi'i Maarif : Strategi Dakwah Muhammadiyah. http://www.muhammadiyah.or.id/index2.php? Option=com_content&do_pdf=1&id=471
PERHATIAN:Jika anda ingin bertanya atau bantuan bisa kontak kami
contact atau 089677337414 - Terima kasih.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui
Buka Komentar
Tutup Komentar
Close Disqus