Skip to main content

Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda

Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda

www.azid45.web.id - Sejarah pendidikan Islam pada masa penjajahan BelandaDunia pendidikan diera penjajahan sejatinya sudah banyak terpengaruh oleh kaum imprealisme Belanda demi kepentingan pribadi dan kelangsungan hidup mereka di bumi pertiwi ini. Berangkat dari keprihatinan tersebut, Sejumlah tokoh pejuang bangsa ini menjadikan bidang pendidikan sebagai perhatian yang serius, karana anggapan mereka dalam bidang pendidikan bangsa ini Indonesia akan mampu untuk maju dan terbebas dari cengkraman kaum imperialisme Belanda.

Sebegaimana diketahui pada abad 17-18 M, bidang pendidikan di Indonesia harus berada dalam pengawasan dan kontrol ketat VOC Belanda. Dan pada masa ini kondisi pendidikan di Indonesia dapat dkatakan tidak lepas dari kepentingan komersial kaum Imperialisme Belanda, dimana pendidikan diakadan waktu itu hanya untuk memenuhi kebutuhan para pegawai VOC dan keluarganya disamping untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja muda terlatih dari kalangan penduduk pribumi.

Berlanjut pada masa pemerintahan Daendels, pihak kaum imperalisme Belanda beranggapan bahwa sekolah-sekolah pemerintahan tidak banyak memberkan manfaat bagi kepentingan mereka, bahkan sekolah yang notabenya pendidikan Islam seperti Pondok Pesantren, Surau, langgar, dan rangkang tidak perlu diadakan, disebabkan dapat sebagai alat untuk meninggikan akhlak rakyat dan dianggap sebagai sumber semangat perjuangan rakyat. Untuk itu, pada masa ini kaum imperealisme Belanda membuat peraturan umum yang mengatur tentang persekolahan (Stlb. 1818 No.4) yang diantaranya berisi mengenai larangan memberikan pelajaran tanpa izin dari Gubernur Jendral.

Setelah kaum imperalisme menguasai wilayah Indonesia, pada tahun 1536 mereka membuat pendidikan berbasis kristenisasi yang dipelopori oleh Antonio Clavino seperti di Ternate mendirikan Seminari, Maluku didirikan lembaga penddikan kristen, dan tempat lain di Indonesia, dimana kesemua itu mendapat dukungan dan bantuan oleh pemerintah kaum imperialisme Belanda. Disisi lain, lembaga pendidikan Islam pada saat itu seperti Pondok Pesantren, Surau dan lain sebagainya dianaktirikan dan tidak mendapatkan perhatian khusus pada kaum imperialisme Belanda.

Walaupun demikian, lembaga pendidikan Islam pada masa itu tatap bertahan dan semakin menunjukkan eksitensinya. Terbukti pada abad ke 17 M di pulau Jawa terdapat pesantren Sunan Malik Ibrahim di Gresik, Sunan Bonang di Tuban, Sunan Ampel di Surabaya, Sunan Giri di Sidomukti dan lain sebagainya. Dan pada pertengahan abad ke 17 M, kita juga mengenal tokoh dari Sumatra Hamzah Fansuri, Syamsudin Sumatrani, Nuruddin Arraniri, Abdurrauf Singkil dan S Burhanuddin di Sumatra Tengah. Selain itu, pondok pesantren pada abad tersebut juga mengalami perluasan seperti di daerah Madura, Lombok, Sulawesi, Ternate, dan lain sebagainya.

Sumber : Hery Sucipto, dalam Kh. Ahmad Dahlan Sang pencerah, Pendidik dan Pendiri Muhammadiyah, hal. 103-16
PERHATIAN:Jika anda ingin bertanya atau bantuan bisa kontak kami
contact atau 089677337414 - Terima kasih.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui
Buka Komentar
Tutup Komentar
Close Disqus