Skip to main content

Tujuan dan Sumber Ilmu dalam Islam

Tujuan dan Sumber Ilmu dalam Islam

www.azid45.web.id - Tujuan dan Sumber Ilmu dalam Islam. Epistemologi, didefinisikan sebagai cabang ilmu filsafat yang membahas ilmu pengetahuan secara menyeluruh dan mendasar. Secara ringkas, epistemologi disebut juga sebagai “Theory of knowledge”. Oleh karena itu epistemologi berbicara tentang sumber-sumber ilmu dan bagaimana manusia bisa meraih ilmu. Sedangakan ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Islam, khususnya agama yang sangat menghargai ilmu pengetahuan. Al-qur`ān adalah kitab yang begitu besar perhatiannya terhadap aktivitas pemikiran dan keilmuan. Karena itulah, tradisi ilmu dalam Islam sejak awal sudah bersifat “Tauhidiy”, tidak sekuler, antara unsur dunia dan unsur akhirat; antara ilmu dunia dan ilmu akhirat. Semua ilmu itu bermuara pada satu tujuan, yaitu untuk mengenal (Ma’rifah) kepada Allah swt.

Al-qur`ān memuat banyak sekali ayat-ayat yang mendorong kaum muslimin untuk senantiasa meningkatkan keilmuannya. Karena itulah, Allah mengecam keras orang-orang yang tidak menggunakan segala potensinya untuk berpikir dan meraih ilmu. Karena begitu pentingnya kedudukan ilmu maka “rusaknya ilmu dan ulama” juga menjadi faktor terjadinya kerusakan suatu masyarakat.[1]

Dalam Islam, tujuan utama dari ilmu adalah untuk mengenal Allah swt. Dan meraih kebahagiaan (sa’ādah), sebab ilmu mengkaji tentang “ayat-ayat” (tanda-tanda) – baik ayat kauni atau qauli, Maka dari itu, untuk menjalankan misinya sebagai ciptaan Allah swt. Manusia diwajibkan memiliki ilmu untuk menopang kehidupanynya di dunia, sebagai sarana untuk ibadah. Ibadah kepada-Nya merupakan tujuan pokok kehidupan manusia yang mana seluruh aktivitas keilmuan apapun jenisnya di arahkan untuk aktivitas tersebut.[2]

Sumber ilmu yang primer dalam Islam adalah wahyu yang di terima oleh nabi yang berasal dari Allah swt. Sebagai sumber dari segala sesuatu. Pengertian wahyu secara etimologi adalah apa yang di sampaikan Allah swt. kepada para malaikat-Nya berupa suatu perintah untuk dikerjakan. Sedangkan arti wahyu secara terminologi adalah “kalam Allah swt yang diturunkan kepada seorang nabi” .[3]

Selanjutnya, penjelasan mengenai sumber ilmu dalam Islam yaitu bersumber dari Al-qur`ān dan Sunnah dapat juga mengafirmasi sumber ilmu lainnya, yaitu akal, hati, serta indra-indra yang terdapat dalam diri manusia. Maka dari itu, di bawah ini akan di jelaskan sumber-sumber ilmu dalam islam.[4]

1. Al-qur`ān.

Al-qur`ān merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad saw. Oleh karena itu, Al-qur`ān menempati urutan pertama dalam sumber ilmu Islam. Al-qur`ān Sebagai sumber ilmu di jelaskan melalui ayat-ayat yang menyatakan bahwa Al-qur`ān merupakan petunjuk bagi manusia dan alam semesta, di antarnya dalam surah al-takwir ayat 27:

" إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ " [5]

Artinya: “Al-qur`ān itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam.” (Al-Takwir: 27)

2. Hadits.

Al-qur`ān dan hadits adalah Pedoman hidup, sumber hukum, ilmu dan ajaran islam, serta merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Al-qur`ān Merupakan Sumber primer Yang banyak memuat pokok-pokok ajaran Islam, sedangkan hadits merupakan penjelas (Bayān) bagi keumuman isi Al-qur`ān. Selain itu ilmu hadits menguji manusia untuk kejujuran dan ketetapan dalam meriwayatkan teks.[6]

3. Akal dan Hati.

Sumber ilmu selain wahyu dan hadits dalam islam adalah akal dan hati. Orang yang berakal adalah orang yang mengekang dirinya dan menolak keinginan hawa nafsunya[7]. Akal mempunyai beberapa pengertian yang berbeda, yaitu:

a) Daya pikir (untuk mengerti dan sebagainya).
b) Daya, Upaya, cara melakukan sesuatu.
c) Tipu daya, muslihat.
d) Kemampuan melihat cara-cara memahami lingkungan[8].

Sedangkan kalbu memiliki pengertian sebagai sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan bathin dan tempat menyimpan pengertian-pengertian (perasaan-perasaan).

4. Indra.
Al-qur`ān mengajak manusia untuk menggunakan indra dan akal dalam pengalaman manusia, baik yang bersifat fisik ataupun metafisik Karena keduanya saling menyempurnakan. Allah swt menyeru manusia untuk menggunakan nikmat indra dan akal secara simultan. Oleh karenanya, orang-orang yang mengabaikan indra dan kalbunya, maka akan tersesat dan jauh dari kebenaran. Begitu juga dengan hati Karena keduanya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya dan merupakan satu kesatuan dalam menerima ilmu.

[1] Adian Husaini, Ibid, 27.

[2] Dr. Adian Husaini, ibid, 32.

[3] Mannā’ Al-qaṭan, Studi Ilmu-ilmu qru`ān, Cetakan ke-6 (Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 2001), 37-38.

[4]Dr. Adian Husaini, Filsafat Ilmu Perespektif Barat dan Islam (Jakarta: Gema Insani, 2013), 93.

[5] Al-quran, 30:27

[6] Wan Muhammad Wan daud, Konsep Pengetahuan dalam islam, (Bandung: pustaka, 1997), 56.

[7] Sayyid Muhammad Az-Zabalawi, Pendidikan Remaja: Antara Islam dan Ilmu Jiwa, (Jakarta: Gema Insan, 2007), 64.

[8] Department Pendidikan dan Kebudayan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan ke-3, (Jakarta: Gema Insan, 2007), 14.
PERHATIAN:Jika anda ingin bertanya atau bantuan bisa kontak kami
contact atau 089677337414 - Terima kasih.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui
Buka Komentar
Tutup Komentar
Close Disqus